6 Desember 2024
IMG-20230703-WA0039

XPRESI | JAKARTA-Bincang Tipis Tipis Erman Tale Daulay dengan Ardino Gusman yang sudah berpengalaman bekerja di sekotor erbankan selama 30 tahun sharing pengetahuan seputar perkreditan berdasarkan pengalaman bekerja di Bank selama 30tahun lebih, khususnya di area risk management.

Ardino Gusman menyampakan bahw berdasarkan pengalaman saya waktu kerja di Bank, saya lihat banyak bankers muda yang dalam pekerjaannya suka dikasih target yang sangat stretched oleh managernya, namun tidak semua dari mereka dibekali dengan training yang cukup, untuk bisa mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Kalaupun mereka mau ambil training sendiri dari luar bank, biasanya biayanya mahal, dan kalo mau belajar sendiri dari buku, kadang materi nya tidak mudah di cerna.

Masih menurut Ardino Gusman, ia membat Channel Edukasi niatnya buat bantu Bankers Muda dengan pembekalan ilmu kredit yang serba practical, dan disampaikan dgn simple sederhana, supaya bisa bantu Bankir Muda dalam mengerjakan pekerjaan mereka, dan juga bisa bantu mereka untuk capai karir lebih baik.

Ardino Gusman

Secara khusus, Perbincangan Erman Tale Daulay dan Ardino Gusman menupas tentang pembiayaan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah), UMKM adalah segment yang sangat penting dan terbukti bisa bertahan pada waktu terjadi krisis ekonomi di 1998, dan punya peran penting di ekonomi, terutama di negara berkembang. UMKM bisa bertahan pada waktu krisis ekonomi di tahun 1998

UMKM ini bisa bertahan termasuk di masa pandemi Covid-19 karena tidak perlu modal yang besar, sebagian besar pembeli dan pemasok usaha UMKM ada di dalam negeri, UMKM, tidak perlu pinjaman dalam mata uang asing (tidak ada resiko perbedaan currency), UMKM mempunyai peran utama di ekonomi, terutama di negara berkembang

Berdasarkan data BI, UMKM di Indonesia memberikan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (61,1%), penyerapan tenaga kerja (97,1%). Walaupun UMKM punya peran yang penting dan strategis, UMKM masih punya kendala, baik untuk dapatkan pembiayaan maupun untuk mengembangkan usahanya. Dari sisi pembiayaan, UMKM yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan akses kredit dari bank atau lembaga keuangan lainya, baik karena kendala teknis, sebagai contoh tidak cukup agunan, maupun kendala nonteknis, misalnya keterbatasan akses informasi ke perbankan.

“Dari sisi pengembangan usaha, pelaku UMKM masih memiliki keterbatasan informasi mengenai pola pembiayaan untuk komoditas tertentu. Di sisi lain, perbankan juga membutuhkan informasi tentang komoditas yang potensial untuk dibiayai. UMKM kurang bisa dapat pendanaan pinjaman dari bank, dibanding perusahaan besar, kebanyakan UMKM mendapat pendanaan dari komunitas teman dan keluarga untuk memulai bisnisnya,” paparnya.

Ketika Bank mau membiayai usaha UMKM, Bank harus tau dulu karakteristik dari masing2 segmen usaha nya, karena profile mereka tidak sama dan kita tidak bisa pakai 1 standard kriteria waktu melakukan pembiayaan. Contoh yang berbeda dari masing2 segmen adalah nilai penjualan dan nilai asset nya pasti beda, jenis barang dagangan dan tempat usahanya juga beda, administrasi keuangan nya juga beda, dan belum semua punya akses ke Perbankan. Jadi cara melakukan pembiayaan ke masing masing segmen kriterianya dan pola pembiayaannya juga harus berbeda.

“Dalam hal pemberian bantuan dana atau kredit dari perbankan, pihak bank akan melakukan ceklist terhadap pelaku usaha UMKM-nya. Apabila sudah pernag mendapatkan bantuan maka akan dilihat sejarahnya. Apakah pelaku usaha tersebut koonsisten dalam membayar cicilan atau sering terlambat. Ini sangat erat kaitannya dengan perilaku pengusahanya,” tandasnya.

Untuk besaran kredit atau bntuan modal juga akan disesuaikan dengan jenis usahanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *